Krisis Air Inggris Makin Parah, Warga Diminta Hapus Email dan Foto Lama
Pemerintah Inggris mengimbau warganya menghapus dokumen digital untuk mengurangi konsumsi air pusat data di tengah krisis kekeringan terburuk sejak 1976.

Krisis air di Inggris mencapai titik kritis. Dalam enam bulan terakhir, negara itu mengalami kekeringan terburuk sejak 1976, dengan lima wilayah resmi berstatus darurat air dan enam lainnya mengalami cuaca kering berkepanjangan. Di tengah situasi ini, Environment Agency mengeluarkan imbauan tak biasa: warga diminta menghapus email dan foto lama dari perangkat digital mereka.
Langkah ini bukan sekadar simbolik. Menurut studi Oxford University, pusat data berkapasitas 1 megawatt dapat mengonsumsi hingga 26 juta liter air per tahun untuk proses pendinginan server. Semakin banyak dokumen digital tersimpan di cloud, semakin besar kebutuhan energi dan air untuk menjaga suhu sistem tetap stabil. Direktur Bidang Air Environment Agency, Helen Wakeham, menyebut tindakan sederhana seperti menghapus file digital bisa membantu menjaga kelestarian sungai dan satwa liar.
“Situasi saat ini sangat signifikan secara nasional. Kami mengajak semua orang untuk berperan serta dan membantu mengurangi tekanan pada lingkungan perairan kita,” ujar Helen.
Kepala Ahli Meteorologi Met Office, Will Lang, menambahkan bahwa suhu di Inggris kini mendekati 30 derajat Celcius di beberapa wilayah selatan, memperparah risiko kekeringan dan dehidrasi. Waduk-waduk utama menyusut drastis, dan cadangan air turun hingga 67 persen dari kapasitas normal.
Kondisi ini memicu pertanyaan: apakah krisis air seperti di Inggris bisa terjadi di Indonesia?
Jawabannya: sangat mungkin. Menurut BMKG, Indonesia sudah berada di titik kritis akibat perubahan iklim ekstrem. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut bahwa kenaikan suhu dan cuaca tak menentu menyebabkan ketimpangan pasokan air antara musim hujan dan kemarau. Bahkan Forum Air Dunia memprediksi Indonesia akan mulai mengalami krisis air pada 2025 dan kehilangan sumber air bersih pada 2040.
Di beberapa daerah seperti Bantul, Yogyakarta, warga sudah menerima bantuan air bersih akibat kemarau panjang. Sementara di pesisir tropis, penurunan muka tanah dan intrusi air laut memperburuk krisis air tanah.
Untuk mencegah krisis serupa, BMKG merekomendasikan dua solusi strategis: restorasi sungai dan pemanenan air hujan. Di sisi lain, masyarakat juga diimbau untuk mengurangi konsumsi digital yang tidak perlu, seperti menyimpan file lama yang tak lagi digunakan.
Krisis air bukan hanya soal keran yang kering, tapi juga soal bagaimana kita mengelola data, energi, dan gaya hidup. Di era digital, bahkan email yang tak terbaca bisa berdampak pada lingkungan.